Tuesday, December 25, 2012

6 Tahun Lalu

Bus Kota Padang
                                                     
Tulisan ini sangat erat hubungan dengan judulnya "6 tahun lalu". Tanpa terasa sudah enam tahun pengalaman hidup yang tak mengenakkan ini saya alami, tepatnya tanggal 23 desember 2006. Kejadian ini terjadi pada saat saya masih menjadi mahasiswa di Universitas Andalas, sebagai informasi bahwa saya pernah tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Teknik Unand selama satu tahun. Sebelum akhirnya saya memutuskan untuk mengulang kembali ujian masuk perguruan tinggi, dan akhirnya di teima di USU.


Padang, 23 Desember 2006

Sabtu sore menjelang malam didekat kampus Unand limau manis, tepatnya didaerah pasar baru. Jika anda adalah mahasiswa unand pasti anda tahu daerah pasar baru. Daerah pasar baru adalah titik pusat tempat untuk naik bus kampus yang menuju ke unand, disini juga berkumpulnya kos-kosan, foto copy, maupun rumah makan. 
Sore itu beberapa mahasiswa fakultas teknik yang masih dalam proses ospek berjalan mendekati simpang pasar baru untuk menunggu angkutan bus kota yang akan mengantarnya pulang kerumah. Mahasiswa tersebut baru saja pulang mengikuti suatu rangkaian kegian ospek yang diadakan fakultasnya, sudah empat bulan ini si mahasiswa menjalani ospek di kampus nya tersebut. Seperti tahun-tahun sebelumnya, ospek merupakan tradisi turun temurun di fakultas teknik tersebut, padahal ospek resmi universitas telah berakhir sejak empat bulan yang lalu. 
Ketika sebuah bus kota jurusan yang di tunggu lewat, seorang mahasiswa dari rombongan tersebut segera naik, sedangkan kawan-kawannya yang lain memilih untuk menunggu bus selanjutnya. Panggilan kawan-kawannya untuk pulang sama tak dihiraukan, ia memilih pulang terlebih dahulu karena yang ada dalam pikirannya adalah pulang cepat sampai dirumah untuk menghindari kemarahan bibinya. Sudah lebih enam bulan ia tinggal bersama keluarga bibinya dikota tersebut, tepatnya semenjak ia tamat sekolah menengah atas. beberapa waktu terakhir ini bibinya sering memprotes kegiatan ospek yang dialaninya, karena akibat ospek ia sering pulang malam bahkan pernah sampai tak pulang. 

Bus Kota Unand-Pasar Raya 
Akhirnya si mahasiswa tadi naik bis kota yang sore itu lumayan penuh, beruntung ia masih mendapatkan tempat duduk pada bangku panjang paling belakang yang dibelakang sandaran kepalanya terdapat speaker besar entah berapa ukurannya. Sore itu penumpang cukup sesak dan padat sampai ada beberapa penumpang yang berdiri bergantungan, musik yang keluar dari speaker ukuran jumbo tersebut menambah sesak suasana. Perjalanan sore itu terlihat biasa bagi sang mahasiswa, sama seperti hari-hari sebelumnya, tetapi tak ia pungkiri bahwa dihatinya ada sedikit perasaan aneh yang tak ia ketahui sebabnya, si mahasiswa tak menyangka bahwa sinyal dari hatinya tersebut adalah tanda yang alam terhadap bencana yang akan menimpanya sore itu.
Bus terus melaju sepanjang jalan sudah lumayan banyak yang berganti naik dan turun. Kenek bergantung dekat pintu belakang bus berteriak memanggil penumpang. Ketika sampailah disebuah jembatan yang berdiri di atas salah satu sungai besar dikota itu, naiklah tiga orang penumpang yang bertampang seperti preman. 

Disinilah bencana itu berawal. ketiga penumpang tersebut sejak awal naik bus kota sudah memperlihatkan gelagak tidak meyenangkan kepada penumpang yang ada didalam bus. Kondisi awal mereka adalah terlihat seperti orang mabuk, itulah yang ada dalam pikiran si Mahasiswa, ketika melihat plastik kresek hitam yang sudah kempes dan diujungnya terlihat ujung sedotan. Beberapa waktu yang lalu ketika pulang dari kampus pada jam segitu juga, seorang kawannya penduduk asli kota itu mengatakan bahwa jika melihat penumpang bus kota dengan keadaan seperti itu, yaitu membawa plastik yang diujangnya ada sedotan, berarti didalamnya adalah minuman keras dan mereka itu adalah "anak bola". "Anak bola" merupakan istilah baru bagi si mahasiswa, karena dikota asalnya yang berjarak lebih kurang 90 kilometer dari kota tersebut, istilah anak bola belumlah terlalu marak digunakan. "Anak bola" adalah istilah yang digunakan penduduk kota tersebut untuk para pencopet, perampok atau penodong yang biasa beroperasi diatas bis kota. Alat transportasi bus kota dikota itu memang rawan tindak kejahatan, dari pencopetan, penodongan maupun pencurian. 

Setelah ketiga orang yang jelas-jelas berpenampilan seperti preman tersebut naik bus pun melaju menuju tujuan. Ketiga orang yang naik tersebut dua diantaranya terlihat seperti pria berumur sekitar 30-an, dengan sekujur lengannya dipenuhi tato, salah satu yang memakai tato menggunakan topi dan juga terdapat tato dibagian wajahnya, sedangkan satu lagi terdapat bekas luka sayat di pipinya. orang ketiga lebih terlihat seperti remaja tanggung berumur 20-an, memakai kemeja kotak-kotak lengan panjang dan celana jin yang ujung kakinya kuncup, sepatu kets dan tas samping, orang ketika ini jika sekilas dilihat dari penampilannya terlihat seperti mahasiswa berwajah brutal. Salah satu pria bertato yang memiliki bekas luka diwajah, berjalan diantara kursi penumpang dari belakang ke depan, ketika berada disalah satu kursi penumpang wanita, si mahasiswa melihat gerakan si pria tersebut seperti akan mencium wanita tersebut, tetapi wanita tersebut diam saja. Si mahasiswa tersadar bahwa pria-pria tersebut sekarang dalam keadaan mabuk, dan situasi bus kota membawa penumpang mabuk bukanlah situasi yang bagus.

Sepertinya apa yang dipikirkan si mahasiswa juga seiring dengan pikiran penumpang lainnya, baru 200an meter bus melaju seorang ibu paruh baya turun, beberapa meter kedepannya sudah seluruh penumpang yang berdiri turun. Otomatis bus yang tadinya penuh oleh penumpang yang berdiri sekarang hanya diisi oleh penumpang yang duduk, penumpang yang berdiri sekarang hanya tinggal tiga pria mabuk tadi.  Kursi paling belakang tempat si mahasiswa tadi duduk diisi oleh enam penumpang termasuk mahasiswa tersebut. Menjelang lampu merah di simpang SMA 1 kota tersebut 3 penumpang dikursi belakang minta turun, maka tinggallah tiga penumpang dikursi belakang yang salah satunya adalah si mahasiswa. Ketika bus berhenti dilampu merah, dua orang penumpang disebelah si mahasiwa ditarik turun dengan paksa oleh pemuda tanggung mabuk yang menggunakan kemeja kotak-kotak lengan panjang, sekilas dipintu bus keduanya terlihat dipukul oleh dua orang lainnya yang juga sama-sama mabuk. 

Sekarang tinggallah si mahasiswa dikursi belakang, hati kecilnya berkata bahwa dirinya dalam bahaya dan iya harus segera turun juga dari bus tersebut, tetapi keadaan mengalahkannya. jarak duduknya yang jauh dari pintu menghalangi si mahasiswa untuk turun, tak lama setelah dua orang yang diturunkan paksa tadi turun lampu hijaupun menyala dan bus kembali melaju, dan petaka itupun terjadi.

Suasana sore menjelang magrib yang sudah mulai gelap membuat si mahasiswa tidak terlalu jelas melihat situasi sekelilingnya, selain itu ditambah lagi kacamata minus tinggi yang dipakainya menambah tidak jelasnya situasi menjelang malam tersebut. Tiba-tiba samar-samar ia melihat sebauh bayangan mendekat kearahnya, ia masih berpikir salah seorang preman mabuk tersebut mendekat kearahnya, braaaaaaak,.... kepalanya dihantam sesuatu dari arah datangnya bayangan tadi yang membuat kepalanya membentur kaca jendela disisi yang berlawanan. Rupanya kepala telah ditendang oleh preman mabuk bertato yang memiliki bekas luka diwajah. Seketika kepalanya oyong dan penglihatannya kabur karena kacamata minusnya patah ketika kepalanya membentur jendela dan seketika itu juga jatuh kelantai bus kota. Reflek si mahasiswa menunduk untuk mencari kaca matanya, tetapi sayang saat akan mengambil kaca mata lehernya dijepit oleh tangan pria mabuk yang menendang kepalanya tadi, belum lagi sakit akibat benturan tadi hilang, dua pria lainnya mulai memukul kepala si mahasiswa. 

"apo ang caliak-caliak ka den, ndak sanang ang ka den" itu kata pertama yang diucapkan pria yang menjepit kepalanya, kata dalam bahasa minang yang jika diartikan dalam bahasa Indonesia berarti "apa kau lihar-lihat, tak senang kau sama ku". Si mahasiswa mencium bau asam alkohol dari mulut pria tersebut, ia coba meronta tetapi dua pria lainnya mulai memukul kepala, sedangkan pria yang berkemeja kotak-kotak mulai mengeluarkan pisau dari dalam tasnya. Pria yang menjepit kepalnya berkata kembali "jan macam-macam ang, den bantai ang beko", jangan macam-macam kau, kubunuh kau nanti, itulah kalimat ancaman yang diterima si mahasiswa yang membuatnya seketika ciut dan berhenti untuk meronta. 
Kemudian mulailah ketiga pria mabuk tersebut meminta barang-barang si mahasiwa, mulai dari handphone dompet dan barang-barang berharga lainnya. Beruntung si mahasiswa senior panitia ospek dikampus sangat ketat melarang membawa barang berharga seperti telepon genggam, dompet dan barang-barang berharga lainnya, bawaan si mahasiswa hanya tas ransel yang berisi perlengkapan kuliah dan ospek. 

Pria-pria mabuk tersebut mulai memeriksi kantong dan isi tas si mahasiswa, yang ,mereka temukan hanya beberapa lembar uang rupiah disaku kiri celana. Si mahasiswa tidak ingat berapa rupiah jumlah uang disaku kirinya, seingatmya hanya cukup untuk ongkos pulangnya. Selama mengambil dan memeriksa isi tas pria-pria tersebut tetap memukul kepala si mahasiswa. 

Akhirnya penderitaan si mahasiswa selama lebih kurang 10 menit tersebut berakhir ketika bus sampai diperhentian terakhir dekat pasar kota tersebut. Pria-pria tersebut melepaskan si mahasiswa dengan mengambil hanya beberapa lembar rupiah yang seingat si mahasiswa jumlahnya tidak akan lebih dari 50 ribu rupiah. Semua penumpang pun turun, preman-preman tersebut juga turun, kini hanya tinggal sopir bus, kenek dan si mahasiswa didalam bus. Si mahasiswa meraba-raba dilantai mencoba mencari kaca matanya tetapi tidak ditemukannya, mungkin kacamatanya telah dibuang keluar bus oleh preman mabuk tadi. Ketika turun bus, kenek bus tersebut tidak meminta ongkos pada si mahasiswa melainkan melihatnya dengan miris. 
Si mahasiswa melanjutkan perjalanan dengan perasaan masih syok, ia harus menyambung perjalanan lagi dengan angkot untuk sampai kerumah bibinya. Sejenak ia bingung tidak punya ongkos lagi untuk membayar ongkos, reflek ia coba mesukkan tangan ke saku sebelah kanan dan kiri untuk meraba-raba semoga masih ada uang yang tinggal. Dan.. beruntungnya disaku sebelah kanan ia masih menemukan selembar uang lima ribu rupiah, saku sebelah kanannya digerayangi oleh para perampok tadi karena posisi saku yang sebelah kiri disebelah dinding. 
Perjalanan ia lanjutkan, akhirnya sampai ia dirumah bibinya masih dengan perasaan syok. Perasaan syok tersebut menyebabkan trauma yang membuat dia memutuskan untuk berhenti kuliah dikota itu dan pindah kuliah ke kota lain di provinsi tetangga.

1 comment:

Free Shoutbox Technology Pioneer